Adakah Jin Islam?
Apakah jin Islam itu ada? Sebagian orang mempertanyakan akan hal ini. Pasalnya, yang namanya jin itu pasti jahat. Ia tidak lebih sama seperti setan. Ia merupakan jelmaan dari iblis, yang telah durhaka kepada Allah. Tapi, kenapa ada jin yang beragama Islam, yang berarti jin itu tidak jahat alias baik? Apakah ini fakta ataukah hanya asumsi sebagian orang saja?
Apakah jin Islam itu ada? Sebagian orang mempertanyakan akan hal ini. Pasalnya, yang namanya jin itu pasti jahat. Ia tidak lebih sama seperti setan. Ia merupakan jelmaan dari iblis, yang telah durhaka kepada Allah. Tapi, kenapa ada jin yang beragama Islam, yang berarti jin itu tidak jahat alias baik? Apakah ini fakta ataukah hanya asumsi sebagian orang saja?
Dalam bahasa Arab kuno, istilah jin dikenal dengan kata jiniy, yang dalam bahasa Inggris disebut juga dengan kata genie, yang artinya “yang tersembunyi” atau “yang tertutup” atau “yang tak terlihat”. Karena itulah, jin tidak bisa dilihat oleh manusia karena ia berada di sebuah alam yang tertutup atau tersembunyi dari kita, kecuali oleh orang-orang yang dibuka “mata hatinya” alias orang kasyaf seperti Nabi, wali Allah dan orang-orang pilihan lainnya.
Pada dasarnya, jin memiliki watak yang sangat buruk. Karena itu, ia lebih suka berada di tempat-tempat yang kotor, jorok, dan bau seperti sampah atau tempat-tempat yang sunyi dan senyap seperti padang pasir. Jin juga ada di setiap rumah kita. Abu Bakar bin Ubaid meriwayatkan, “Pada setiap rumah kamu muslimin ada jin Islam yang tinggal di atapnya, setiap kali makanan diletakkan, maka mereka turun dan makan bersama penghuni rumah.”
Ungkapan sahabat Nabi di atas sekaligus menegaskan adanya jin yang beragama Islam. Secara yuridis Islam, apakah dalil ini sudah cukup dijadikan pegangan tentang adanya jin Islam? Tidak cukup memang, tapi Allah pernah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zaariat: 56) Secara tidak langsung, ayat ini menegaskan adanya jin Islam. Sebab seperti manusia, jin juga terkena taklif (beban) untuk beribadah kepada Allah. Jin yang taat kepada Allah inilah yang disebut dengan jin Islam.
Adanya jin yang beragama Islam ini ditegaskan lagi dalam sebuah hadits Nabi riwayat Abdullah bin Mas’ud, "Tidak ada seorang pun di antara kalian yang tidak ditunjuk untuknya jin pendamping (qarin)". Para sahabat bertanya; "Termasuk Anda ya Rasulullah ? "Ya," jawab Nabi, hanya saja aku mendapat pertolongan Allah, sehingga jin pendampingku masuk Islam, dan dia tidak pernah mengajakku kecuali yang baik-baik".
Konon, jin yang mendampingi Nabi bernama Habib al-Huda. Ia beragama Islam dan menurut para ulama sampai sekarang beliau masih hidup dan tinggal di Baqi’. Di Baqi', beliau mempunyai majelis pengajaran tafsir dan hadis-hadis Rasulullah saw yang didatangi oleh jin-jin muslim.
Mengenai adanya jin pendamping ini Allah berfirman, “Dan yang menyertai dia berkata: "Inilah (catatan amalnya) yang tersedia pada sisiku". Allah berfirman: "Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala, yang sangat enggan melakukan kebaikan, melanggar batas lagi ragu-ragu, yang menyembah sembahan yang lain beserta Allah, maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat". Yang menyertai dia berkata (pula): "Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya tetapi dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh.” (QS. Qaf: 23-27)
Suatu kali Nabi Saw. berjalan-jalan dengan para sahabat. Di tengah jalan beliau singgah di suatu jin jin. Beliau meminta para sahabat agar menunggunya sebentar, karena beliau hendak bergabung dengan para jin tersebut untuk mengajar mereka beberapa pengetahuan agama. Ketika itu, sahabat hanya melihat kumpulan asap di depannya. Asap itu sebenarnya jin. Sebab, jin bisa merubah dirinya dalam bentuk apapun termasuk asap. Cerita ini sangat masyhur dan bisa dipercaya.
Apa yang bisa kita petik dari kisah di atas, ternyata jin Islam itu memang ada. Jika bukan jin Islam yang diajar oleh Nabi, lantas jin yang beragama apa? Jin kafir tidak akan mungkin bisa menerima pelajaran agama Islam dari Nabi Saw.
Di atas diceritakan bahwa pada diri seseorang terdapat (qarin) yakni jin pendamping. Lantas, pertanyaannya: Apakah jin yang mendampingi orang Islam itu selalu beragama Islam? Jawabannya tidak mesti.. Kadang-kadang jin pendamping seorang muslim itu adalah jin muslim, tetapi ada juga jin kafir, atheis, penyembah berhala, Kristen, Yahudi. Jin pendamping yang non-muslim ini, bertengger di bahu kiri pada orang yang di dampinginya, dan dia adalah pendukung kejahatan. Tetapi pengaruh manusia terhadap jin lebih besar ketimbang pengaruh jin terhadap manusia.
Jin pendamping yang muslim sangat mencintai orang muslim yang di dampinginya. Dia melindungi manusia yang di dampinginya dari berbagai bahaya dan membantunya untuk selalu dekat kepada Allah. Ketika kita lupa shalat kita selalu diingatkannya. Ia tidak pernah meninggalkan kita kecuali kita sedang menggauli istri kita. Ketika suami dan istri sudah masuk kamar dan pintu ditutup, maka jin pendamping yang muslim dengan sekejap sudah berada di Mekkah untuk shalat dan balik lagi ke rumah orang muslim tersebut dalam sekejap.
Lantas, bagaimana dengan jin kafir? Jin yang tidak taat pada perintah Allah disebut dengan jin kafir. Bahkan, jin awalnya adalah makhluk yang sangat jahat dan membangkang perintah Allah alias kafir. Di tengah jalan, lalu ada jin yang taat pada perintah Allah dan rasul-Nya, itulah jin Islam.
Jin kafir tak henti-hentinya selalu mengajak manusia pada kesesatan. Sejak diciptakan Allah, jin jahat (iblis) sudah berjanji akan mencari teman-temannya yang ikut bersamanya ke neraka kelak. Tidak sedikit yang terjebak oleh rayuannya, bahkan jumlahnya jauh lebih besar dari yang taat.
Konon, agar misi untuk menyesatkan umat manusia sukses, raja jin jahat telah mengutus lima anak buahnya ke dunia. Kelima jin jahat itu merupakan anak-anak dari raja jin kafir sendiri, yaitu:
Pertama, jin yang bernama Tsabar. Dia selalu mendatangi orang yang sedang kesusahan atau ditimpa musibah baik kematian isteri, anak ataupun kaum kerabat. Kemudian dia melancarkan bisikannya dan menyatakan permusuhannya kepada Allah. Diucapkannya, melalui mulut orang yang ditimpa musibah itu, keluh-kesah dan caci-maki terhadap ketentuan Allah atas dirinya.
Kedua, namanya ialah Dasim. Jin ini selalu berusaha sekuat tenaga untuk mencerai-beraikan ikatan perkawinan, membuat rasa benci antara satu sama lain di kalangan suami-isteri, sehingga terjadi penceraian.
Ketiga, namanya ialah Al-A'war. Dia dan seluruh penghuni kerajaannya adalah pakar-pakar dalam urusan mempermudah terjadinya perzinaan. Mereka tak henti-henti merayu manusia, terutama pemuda-pemudi yang sedang dimabuk asmara, untuk melakukan perzinaan.
Keempat, namanya ialah Maswath, pakar dalam menciptakan kebohongan-kebohongan besar maupun kecil. Ia dan anak-anak buahnya selalu membuat fitnah-fitnah di antara manusia. Manusia yang terkena rayuannya, akan segera membuat sebuah kebohongan besar atau kecil, yang bisa merusak orang lain.
Kelima, namanya ialah Zalnabur. Jin yang satu ini berkeliaran di pasar-pasar di seluruh penjuru dunia. Merekalah yang menyebabkan pertengkaran, caci-maki, perselisihan dan bunuh-membunuh sesama manusia.
Adanya kelima jin jahat tersebut ditegaskan dalam buku Asy-Syibli tentang sebuah riwayat dari Zaid bin Mujahid yang mengatakan bahwa, "Iblis mempunyai lima anak, yang masing-masing diserahkan urusan-urusan tertentu. Kemudian dia memberi nama masing-masing anaknya: Tsabar, Dasim, Al-A'war, Maswath dan Zalnabur."
Seperti halnya manusia: orang yang baik dan jahat bisa hidup bersama, maka jin pun begitu. Antara jin Islam dan jin kafir bergaul bersama-sama di alam gaib. Mereka makan bersama, bekerja bersama, berniaga bersama, ada yang menikah antara satu sama lain, sama-sama duduk dalam satu kantor, dan sebaginya. Mereka juga satu sama lain saling mempengaruhi, seperti halnya manusia. Jin kafir ada yang terpengaruh oleh jin Islam dan sebaliknya. Jadi, kehidupan jin: baik Islam maupun jin kafir betul-betul seperti kehidupan manusia.
Konon, jin yang tinggal di suatu negara, biasanya ikut bahasa manusia setempat. Kalau di tanah Arab, jin akan menggunakan bahasa Arab; kalau di tanah Melayu, jin pun berbahasa Melayu. Begitu juga kalau jin tersebut berada di negara Cina, maka ia akan berbahasa Cina. Jadi, jika jin sudah menetap di suatu negara tertentu, maka ia tidak akan bisa menggunakan bahasa negara lain. Wallahu ‘alam bil shawab!
Terlepas dari benar tidaknya fakta di atas, ini adalah masalah gaib yang kebenarannya hanya Allah dan Rasul-Nya yang tahu. Kita hanya meraba-raba berdasarkan informasi yang kita dapatkan dari al-Qur’an, al-Hadits dan pengetahuan para ahli agama, terutama mereka yang berkecimpung pada dunia spiritual (tasawuf). Yang jelas, jin itu sangat ada sebab ia adalah salah satu makhluk Allah. Ia seperti manusia, dituntut untuk beribadah kepada Allah. Jin yang taat pada perintah-Nya berarti disebut jin Islam, sedang jin yang membangkang-Nya disebut jin kafir. Semoga Allah memberikan petunjuk pada kita melalui qarin (jin pendamping) yang selalu mendampingi kita setiap saat. Amien!
Eep Khunaefi
Mengenai adanya jin pendamping ini Allah berfirman, “Dan yang menyertai dia berkata: "Inilah (catatan amalnya) yang tersedia pada sisiku". Allah berfirman: "Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala, yang sangat enggan melakukan kebaikan, melanggar batas lagi ragu-ragu, yang menyembah sembahan yang lain beserta Allah, maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat". Yang menyertai dia berkata (pula): "Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya tetapi dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh.” (QS. Qaf: 23-27)
Suatu kali Nabi Saw. berjalan-jalan dengan para sahabat. Di tengah jalan beliau singgah di suatu jin jin. Beliau meminta para sahabat agar menunggunya sebentar, karena beliau hendak bergabung dengan para jin tersebut untuk mengajar mereka beberapa pengetahuan agama. Ketika itu, sahabat hanya melihat kumpulan asap di depannya. Asap itu sebenarnya jin. Sebab, jin bisa merubah dirinya dalam bentuk apapun termasuk asap. Cerita ini sangat masyhur dan bisa dipercaya.
Apa yang bisa kita petik dari kisah di atas, ternyata jin Islam itu memang ada. Jika bukan jin Islam yang diajar oleh Nabi, lantas jin yang beragama apa? Jin kafir tidak akan mungkin bisa menerima pelajaran agama Islam dari Nabi Saw.
Di atas diceritakan bahwa pada diri seseorang terdapat (qarin) yakni jin pendamping. Lantas, pertanyaannya: Apakah jin yang mendampingi orang Islam itu selalu beragama Islam? Jawabannya tidak mesti.. Kadang-kadang jin pendamping seorang muslim itu adalah jin muslim, tetapi ada juga jin kafir, atheis, penyembah berhala, Kristen, Yahudi. Jin pendamping yang non-muslim ini, bertengger di bahu kiri pada orang yang di dampinginya, dan dia adalah pendukung kejahatan. Tetapi pengaruh manusia terhadap jin lebih besar ketimbang pengaruh jin terhadap manusia.
Jin pendamping yang muslim sangat mencintai orang muslim yang di dampinginya. Dia melindungi manusia yang di dampinginya dari berbagai bahaya dan membantunya untuk selalu dekat kepada Allah. Ketika kita lupa shalat kita selalu diingatkannya. Ia tidak pernah meninggalkan kita kecuali kita sedang menggauli istri kita. Ketika suami dan istri sudah masuk kamar dan pintu ditutup, maka jin pendamping yang muslim dengan sekejap sudah berada di Mekkah untuk shalat dan balik lagi ke rumah orang muslim tersebut dalam sekejap.
Lantas, bagaimana dengan jin kafir? Jin yang tidak taat pada perintah Allah disebut dengan jin kafir. Bahkan, jin awalnya adalah makhluk yang sangat jahat dan membangkang perintah Allah alias kafir. Di tengah jalan, lalu ada jin yang taat pada perintah Allah dan rasul-Nya, itulah jin Islam.
Jin kafir tak henti-hentinya selalu mengajak manusia pada kesesatan. Sejak diciptakan Allah, jin jahat (iblis) sudah berjanji akan mencari teman-temannya yang ikut bersamanya ke neraka kelak. Tidak sedikit yang terjebak oleh rayuannya, bahkan jumlahnya jauh lebih besar dari yang taat.
Konon, agar misi untuk menyesatkan umat manusia sukses, raja jin jahat telah mengutus lima anak buahnya ke dunia. Kelima jin jahat itu merupakan anak-anak dari raja jin kafir sendiri, yaitu:
Pertama, jin yang bernama Tsabar. Dia selalu mendatangi orang yang sedang kesusahan atau ditimpa musibah baik kematian isteri, anak ataupun kaum kerabat. Kemudian dia melancarkan bisikannya dan menyatakan permusuhannya kepada Allah. Diucapkannya, melalui mulut orang yang ditimpa musibah itu, keluh-kesah dan caci-maki terhadap ketentuan Allah atas dirinya.
Kedua, namanya ialah Dasim. Jin ini selalu berusaha sekuat tenaga untuk mencerai-beraikan ikatan perkawinan, membuat rasa benci antara satu sama lain di kalangan suami-isteri, sehingga terjadi penceraian.
Ketiga, namanya ialah Al-A'war. Dia dan seluruh penghuni kerajaannya adalah pakar-pakar dalam urusan mempermudah terjadinya perzinaan. Mereka tak henti-henti merayu manusia, terutama pemuda-pemudi yang sedang dimabuk asmara, untuk melakukan perzinaan.
Keempat, namanya ialah Maswath, pakar dalam menciptakan kebohongan-kebohongan besar maupun kecil. Ia dan anak-anak buahnya selalu membuat fitnah-fitnah di antara manusia. Manusia yang terkena rayuannya, akan segera membuat sebuah kebohongan besar atau kecil, yang bisa merusak orang lain.
Kelima, namanya ialah Zalnabur. Jin yang satu ini berkeliaran di pasar-pasar di seluruh penjuru dunia. Merekalah yang menyebabkan pertengkaran, caci-maki, perselisihan dan bunuh-membunuh sesama manusia.
Adanya kelima jin jahat tersebut ditegaskan dalam buku Asy-Syibli tentang sebuah riwayat dari Zaid bin Mujahid yang mengatakan bahwa, "Iblis mempunyai lima anak, yang masing-masing diserahkan urusan-urusan tertentu. Kemudian dia memberi nama masing-masing anaknya: Tsabar, Dasim, Al-A'war, Maswath dan Zalnabur."
Seperti halnya manusia: orang yang baik dan jahat bisa hidup bersama, maka jin pun begitu. Antara jin Islam dan jin kafir bergaul bersama-sama di alam gaib. Mereka makan bersama, bekerja bersama, berniaga bersama, ada yang menikah antara satu sama lain, sama-sama duduk dalam satu kantor, dan sebaginya. Mereka juga satu sama lain saling mempengaruhi, seperti halnya manusia. Jin kafir ada yang terpengaruh oleh jin Islam dan sebaliknya. Jadi, kehidupan jin: baik Islam maupun jin kafir betul-betul seperti kehidupan manusia.
Konon, jin yang tinggal di suatu negara, biasanya ikut bahasa manusia setempat. Kalau di tanah Arab, jin akan menggunakan bahasa Arab; kalau di tanah Melayu, jin pun berbahasa Melayu. Begitu juga kalau jin tersebut berada di negara Cina, maka ia akan berbahasa Cina. Jadi, jika jin sudah menetap di suatu negara tertentu, maka ia tidak akan bisa menggunakan bahasa negara lain. Wallahu ‘alam bil shawab!
Terlepas dari benar tidaknya fakta di atas, ini adalah masalah gaib yang kebenarannya hanya Allah dan Rasul-Nya yang tahu. Kita hanya meraba-raba berdasarkan informasi yang kita dapatkan dari al-Qur’an, al-Hadits dan pengetahuan para ahli agama, terutama mereka yang berkecimpung pada dunia spiritual (tasawuf). Yang jelas, jin itu sangat ada sebab ia adalah salah satu makhluk Allah. Ia seperti manusia, dituntut untuk beribadah kepada Allah. Jin yang taat pada perintah-Nya berarti disebut jin Islam, sedang jin yang membangkang-Nya disebut jin kafir. Semoga Allah memberikan petunjuk pada kita melalui qarin (jin pendamping) yang selalu mendampingi kita setiap saat. Amien!
Eep Khunaefi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar