Kamis, Agustus 21, 2008

Madu; Sumber Gizi dan Obat Segala Penyakit


Allah berfirman, “Buatlah rumah-rumah di gunung-gunung, pohon-pohon, dan pada tempat-tempat yang dibikin oleh manusia. Kemudian makanlah setiap buah-buahan dan tempuhlah jalan Robbmu dengan mudah’; dari perut lebah itu keluar cairan dengan berbagai warna, di dalamnya terdapat kesembuhan bagi manusia. Sungguh dalam yang demikian terdapat tanda-tanda kekuasaan (Alloh) bagi kaum yang berpikir.” (An-Nahl [16] : 68-69)

Madu adalah jenis makanan yang sangat istimewa. Selain enak rasanya juga karena banyak khasiat di dalamnya. Sejak zaman kuno, madu telah dikonsumsi dan menjadi pengobatan tradisional yang ampuh. Phytagoras, ahli matematika Yunani kuno misalnya. Konon, karena kebiasaan sehari-harinya ia makan roti dan madu, usianya mencapai 90 tahun. Karena itu, ada mitos yang populer di masyarakat bahwa para peternak lebah bisa hidup secara sehat dan berusia panjang, melebihi yang lain.

Madu tersusun atas beberapa senyawa karbohidrat seperti gula fruktosa (41,0%), glukosa (35%), sukrosa (1,9%), dan dekstrin (1,5%). Karbohidrat madu ikut menambah pasokan sebagian energi yang diperlukan balita. Kadar protein dalam madu relatif kecil, sekitar 2,6%. Namun kandungan asam aminonya cukup beragam, baik asam amino esensial maupun non-esensial. Asam amino tersebut turut pula memasok sebagian keperluan protein tubuh balita.

Vitamin yang terdapat dalam madu antara lain vitamin B1, vitamin B2, B3, B6, dan vitamin C. Sementara mineral yang terkandung dalam madu antara lain kalium, natrium, kalsium, magnesium, besi, tembaga, fosfor, dan sulfur. Meskipun jumlahnya relatif sedikit, mineral madu merupakan sumber ideal bagi tubuh manusia karena imbangan dan jumlah mineral madu mendekati yang terdapat dalam darah manusia.

Peter C. Molan (1992), peneliti dari Departement of Biological Sciences, University of Waikoto, di Hamilton, Selandia Baru membuktikan bahwa madu mengandung zat antibiotik yang aktif melawan serangan berbagai patogen penyebab penyakit. Beberapa penyakit infeksi berbagai patogen yang dapat "disembuhkan" dan dihambat dengan (minum) madu secara teratur antara lain penyakit lambung dan saluran pencernaan; penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), batuk dan demam; penyakit jantung, hati, dan paru; penyakit-penyakit yang dapat mengganggu mata, telinga, dan syaraf.

Sedang menurut Kamaruddin (1997), peneliti dari Departement of Biochemistry, Faculty of Medicine, Universiti of Malaya, di Kualalumpur, paling tidak ada empat faktor yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antibakteri pada madu. Pertama, kadar gula madu yang tinggi akan menghambat pertumbuhan bakteri sehingga bakteri tersebut tidak dapat hidup dan berkembang.

Kedua, tingkat keasaman madu yang tinggi (pH 3.65) akan mengurangi pertumbuhan dan daya hidupnya sehingga bakteri tersebut merana atau mati. Ketiga, adanya senyawa radikal hidrogen peroksida yang bersifat dapat membunuh mikroorganisme patogen. Dan faktor keempat, adanya senyawa organik yang bersifat antibakteri. Senyawa organik tersebut tipenya bermacam-macam. Yang telah teridentifikasi antara lain seperti polyphenol, flavonoid, dan glikosida.

Dalam artikel yang dipublikasikan di Majalah Dis Lancet Infect, bulan Februari 2003 M. Dr. Dixon menegaskan adanya kekuatan besar di dalam madu yang mampu mengalahkan bakteri, di mana bakteri-bekteri itu tidak mampu bertahan di dalam madu. Penulis menganjurkan untuk menggunakan madu dalam mengobati berbagai jenis luka, termasuk luka bakar.

Sedangkan Profesor Amoln menegaskan dalam sebuah artikel yang dipublikasikan oleh Majalah Dentgen pada bulan Desember 2001 M, bahwa madu bisa memainkan peran penting dalam pengobatan penyakit-penyakit gusi, sariawan, dan berbagai gangguan mulut lainnya, hal itu disebabkan madu memiliki spesifikasi anti bakteri.

Masih banyak lagi khasiat yang dikandung madu, misalnya untuk kecantikan dan sebagainya. Demikian besarnya manfaat madu hingga Nabi saw pernah bersabda, “Demi Allah yang aku dalam genggaman-Nya, minumlah madu. Malaikat akan memohon rahmat pada penghuni rumah yang ada madu di dalamnya. Jika seseorang itu makan madu, seribu obat masuk ke perutnya dan sejuta penyakit keluar darinya.”

Dalam hadits lain riwayat Ibnu ‘Abbâs ra, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Kesembuhan terdapat dalam tiga hal, yakni minuman madu, sayatan alat bekam, dan sundutan api. Aku melarang umatku berobat dengan sundutan api.”

Fakta ilmiah ini telah dibenarkan oleh para ilmuwan yang bertemu pada Konferensi Apikultur Sedunia (World Apiculture Conference) yang diselenggarakan pada tanggal 20-26 September 1993 di Cina.

Konferensi tersebut membahas pengobatan dengan menggunakan ramuan yang berasal dari madu. Para ilmuwan Amerika mengatakan bahwa madu, royal jelly, serbuk sari, dan propolis dapat mengobati berbagai penyakit. Seorang dokter Rumania mengatakan bahwa ia mengujikan madu untuk pengobatan pasien katarak, dan 2002 dari 2094 pasiennya sembuh total. Para dokter Polandia juga menyatakan dalam konferensi tersebut bahwa resin lebah dapat membantu penyembuhan banyak penyakit seperti wasir, masalah kulit, penyakit ginekologis, dan berbagai penyakit lainnya.

Sayangnya, kualitas madu produksi Indonesia sangatlah rendah. Penelitian dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan Balai Besar Penelitian dan Industri Hasil Pertanian Bogor pada 1991 menyimpulkan, mutu madu produksi Indonesia, umumnya masih berada di bawah ketentuan Standar Industri Indonesia (SII).

Lebih mengejutkan lagi, hasil penelitian yang dilakukan Laboratorium FMIPA Universitas Brawijaya Malang pernah menyimpulkan bahwa mutu madu produksi petani peternak secara umum, lebih baik dibandingkan dengan madu yang dijual di toko-toko, dengan segala kemewahan merek dan kemasannya.

Karena itu, hendaklah kita lebih cermat dan teliti dalam memilih madu. Madu yang berkualitas adalah madu yang dikeluarkan pada musim bunga (spring), seterusnya dalam musim panas (summer) dan yang kurang berkualitas adalah madu yang dihasilkan dalam musim sejuk (winter).

Selamat mencoba!

(Eep Khunaefi/dimuat di Majalah Hidayah edisi 86)


Tidak ada komentar: