Seorang pun tidak ada yang bisa menerka datangnya ajal. Sebab, persoalan yang satu ini menjadi hak preogratif Tuhan. Bila sudah masanya tiba, saat duduk pun kita bisa meninggal. Sebaliknya, jika masanya belum tiba meski kita dihujani bertubi-tubi oleh peluru kita tetap masih hidup.
Kematian Shopan Sopiaan salah satu contohnya. Siapa sangka jika ia dipanggil Tuhan begitu cepat saat ia sedang mendemonstrasikan rasa nasionalismenya kepada seluruh rakyat lewat pawai moge (motor gede) keliling kota di Jawa. Ia terjatuh saat ban moge-nya masuk ke lubang panjang yang kemudian menarik tubuhnya bermeter-meter hingga ia tak sadarkan diri dan tewas sebelum sampai rumah sakit.
Emang, misteri ajal itu sangat luar biasa. Tak seorang pun yang tahu kecuali Tuhan. Sebab itu perbanyaklah dekat-dekat dengan Allah lewat ibadah dan amal saleh. Khozin Abu Faqih, Lc. dalam “Manajemen Kematian” menulis, “Apabila tidak mengetahui masih berapa usia kita yang tersisa, dan apakah hari esok atau nanti masih setia menemani kita, maka tidak ada alasan menunda-nunda amal kebaikan.”
Dalam hadits riwayat Abu Hurairah disebutkan, “Segeralah melakukan amal-amal shaleh sebelum datangnya tujuh perkara: tiada yang kamu tunggu melainkan kefakiran yang dapat melalaikan, kekayaan yang menimbulkan kesewenang-wenangan, sakit yang mengantar pada kerusakan, masa tua yang menjadikan pikun, kematian yang selalu disiapkan, atau Dajjal; seburuk-buruk hal gaib yang ditunggu, atau hari kiamat yang membuat orang panik dan sangat pahit.” (HR. Turmudzi)
Jangan menunggu hari tua untuk bertaubat. Saat diri kita digariskan akil baligh oleh hukum syara’, saat itulah kita mulai beribadah dengan sebaik-baiknya. Siapa sangka jika seorang Taufik Safalas yang segar bugar tiba-tiba diberitakan meninggal dunia karena tergencet oleh mobilnya sendiri saat terjadi tabrakan dengan truk gandengan. Ini menandakan bahwa batas antara hidup dan mati itu begitu tipis. Kemarin kita tampak masih hidup, besoknya sudah meninggal dunia.
Betul kata Ibnu al-Jauzi dalam Shaidul Khathir, “Seharusnya manusia mengetahui kemuliaan kesempatan dan nilai waktu, sehingga tidak menyia-nyiakannya dalam hal-hal yang tidak mendahulukan (diri pada Allah), meski sesaat. Hendaklah mendahulukan yang lebih utama dalam ucapan maupun pekerjaan, dan hendaklah niat untuk melakukan kebaikan selalu hadir (di hatinya).”
Jadi, banyak pesan atas kematian yang dialami orang, terutama kematian yang mendadak. Yang paling utama bahwa ajal kita tidak pernah ada yang tahu kecuali Tuhan. Gunakan waktu sebaik-baiknya. Perbanyaklah ibadah dan amal saleh sebelum benar-benar terlambat.Amien. (Eep Khunaefi/dimuat Hidayah edisi 83/Juli/2008)
Rabu, Agustus 27, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar