Rabu, Agustus 27, 2008

SUTRISNO (54TH); "PENJAGA KEBERSIHAN BERHASIL MENGISLAMKAN ENAM ORANG"

Ada seorang anak muda, lulusan SMA, menangis terus saat berdoa di depan Bunda Maria di Gua Maria, Ambarawa, Jateng. Usai berdoa, anak muda beragama Katholik itu ditanya oleh Sutrisno, sang penjaga kebersihan di sana, “Kenapa dari tadi kamu menangis terus?”

“Kedua orang tua saya meninggal semua dalam waktu yang berdekatan. Saya masih punya adik yang harus saya hidupi, sementara saya masih menganggur,” jawab anak muda itu sambil menangis sesenggukan.

“Jika kamu ingin keluar dari derita ini, berdoalah kepada Allah bukan kepada Bunda Maria. Tempatnya bukan di sini tapi di masjid,” bujuk Sutrisno.

Sutrisno lalu mengajak anak muda itu ke rumahnya dan tinggal di sana. Setiap malam, Sutrisno dan istrinya bangun untuk shalat malam (tahajud) dan anak muda itu melihatnya. Bahkan, tanpa disuruh anak muda itu kadang mengikuti gerak-gerik shalat Sutrisno dan istrinya tanpa mengerti apa yang sedang dilakukannya.

Sutrisno tidak pernah menyuruh anak muda itu untuk masuk Islam. Ia hanya menyarankan anak muda itu jika ingin hidupnya sukses, jalan satu-satunya adalah dengan berdoa kepada Allah, bukan berdoa kepada Yesus atau Bunda Maria. “Berdoa kepada Allah pasti akan dibalas oleh-Nya, besok, lusa atau kapan saja. Jika tidak dunia, di akherat juga pasti akan dibalas,” nasehat Sutrisno pada sang anak muda.

Suatu kali Sutrisno menawarkan kepadanya suatu pekerjaan di Jakarta, tapi sebagai tukang cuci piring. Anak muda itu pun menerimanya, yang penting mendapat pekerjaan. Diajaklah anak muda itu oleh Sutrisno ke Jakarta. Sebelum berangkat, anak muda itu dipesan oleh Sutrisno,
“Bawalah berkas-berkas penting yang mendukung keterampilanmu! Barangkali suatu saat dibutuhkan di sana.”

Di Jakarta, anak muda itu ternyata diterima bekerja sebagai penunggu rumah di sebuah rumah orang yang cukup kaya, tidak sebagai pencuci piring. Sutrisno pun merasa lega, karena usahanya menolong anak muda itu mendapatkan pekerjaan akhirnya berhasil. Bahkan, anak muda itu ditugaskan mengantar jemput tuannya atau anaknya ke sekolah.

Waktu terus berjalan, tidak terasa sudah sekitar 24 tahun berjalan. Selama itu mereka tidak pernah saling bertemu. Anak muda itu tidak pernah kasih kabar keberadaan dirinya pada Sutrisno dan sebaliknya. Meski begitu, keadaannya belum berubah yaitu Sutrisno masih bekerja sebagai tukang kebersihan di Gua Maria. Bagaimana dengan anak muda itu sendiri?

Suatu kali Sutrisno mendapatkan tamu yang tidak diduga-duga di tempat pekerjaannya. Orang itu membawa tongkat pendek di tangan kanannya dan selalu dikawal banyak orang ke mana saja ia pergi. Ia sengaja datang ke tempat itu untuk mencari Sutrisno. Di depan Sutrisno, ia berkata, “Bapak masih ingat gak sama saya?”

Sutrisno bingung, karena dia sudah lupa dengan sosok yang ada di depannya. Setelah diingatkan oleh orang itu, barulah ia sadar bahwa orang itu adalah anak muda yang pernah ditolongnya 24 tahun yang lalu. Kini, ia telah menjadi seorang jenderal berbintang dua yang berkantor di Jakarta dan telah masuk Islam. Orang itu mengaku kepada Sutrisno, gara-gara dirinya masuk Islam seperti yang disarankannya, ia mudah menapaki karir hingga menjadi seorang jenderal. Ia pun pantas berterima kasih kepada bapak berusia 54 tahun yang sangat rajin beribadah tersebut. Sayangnya, hingga kini Sutrisno tidak tahu siapa nama anak muda yang telah menjadi sang jenderal tersebut.

Demikian sekelumit kisah bagaimana Sutrisno berhasil mengislamkan orang dengan sikapnya yang santun dan caranya yang islamis tanpa kata-kata yang keras. Kisah serupa masih banyak. Yang jelas, selama ia bekerja sebagai tukang kebersihan di Gua Maria sudah sekitar 6 orang telah berhasil ia islamkan. Di antara mereka ada yang tertarik masuk Islam karena doa yang diajarkan oleh Sutrisno dan sebagainya.

Sutrisno lahir di Ambarawa, 54 tahun yang lalu. Ia merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara: dua kakak dan empat adik. Bekerja di Gua Maria dilakoninya sejak awal tahun 1979 hingga sekarang. Awalnya, ia bekerja merehab Gua Maria. Saat itulah ia mendapat tawaran untuk bekerja di tempat itu.

Saat ditawari bekerja di Gua Maria, hati kecilnya menolak. Ia tidak langsung mengiyakannya. Ia minta pertimbangan istri dulu di rumah. Sang istri ternyata mengizinkannya. “Rezeki itu Tuhan yang ngatur. Yang penting, iman bapak tetap teguh. Tidak mencuri dan berdusta. Apa yang diajarkan Tuhan harus benar-benar dijalankan,” ujar sang istri menasehati saat itu.

Sutrisno lalu bekerja di Gua Maria dengan gaji Rp. 10.000,-/bulan. Sebagai satu-satunya orang yang dipekerjakan di tempat itu ia pun merangkap jabatan mulai dari melakoni dirinya sebagai satpam, tukang kebersihan, penerima tamu dan sebagainya.

Sebagai seorang Muslim yang taat tapi bekerja di sebuah wisata kerohaniaan terbesar umat Khatolik se-Jateng tersebut merupakan hal yang luar biasa. Apalagi ia tidak tergoda sama sekali untuk beralih pada agama yang lain. Bahkan, dengan ketaatannya ia berhasil mengislamkan enam orang. Sungguh luar biasa!

Selama bekerja, pagi-pagi sekali habis shalat Subuh ia sudah berangkat ke Gua Maria. Setelah bersih-bersih sebentar, sekitar jam 6 pagi ia kembali ke rumah. Setelah mandi dan berganti pakaian ia kembali lagi ke tempat kerja hingga menjelang dzuhur.

Sebelum dzuhur tiba, ia sudah berada di masjid. Ia kerapkali datang ke masjid lebih awal. “Biar bisa digunakan untuk dzikir-dzikir dulu,” ujar laki-laki yang pernah ditiup keningnya oleh Sultan Hamengkubuwono IX dalam rangka napak tilas ke Ambarawa ini.

Setiap hari Sutrisno membiasakan diri untuk mendzikir surat al-Ikhlas sebanyak 1000x, shalawat Nabi 600x dan la ilaaha illallah 1000x. Menurutnya, bacaan-bacaan ini didapatkannya setelah mengikuti tarekat Qadiriah wa Naqsabandiyah di Pesantren Al-Mas’udiyah asuhan KH. Ali Mas’ud. Jumlah terbesar tarekat qadiriyah berada di pesantren ini.

Religiusitas Sutrisno tidak saja tampak dari kebiasaannya yang lebih awal datang ke masjid dan amalan-amalan setiap hari yang dipraktekkannya, tapi juga dari kebiasaannya yang selalu bersedekah setiap kali masuk ke masjid. “Kalau masuk masjid saya usahakan bersedekah seribu rupiah,” ujarnya. Jadi, jika dalam sehari ia masuk 15 masjid, berarti 15 ribu yang telah ia sedekahkan dan itu pernah ia alami.

Sutrisno punya keyakinan yang kuat akan arti sedekah. Orang yang bersedekah di jalan Allah tidak akan hilang rejekinya, malah akan ditambah oleh Allah berlipat-lipat dan ia berkali-kali merasakannya. “Ada saja orang yang ngasih saya uang saat bekerja,” ujarnya meyakini tentang pentingnya bersedekah. Menurutnya, ia pernah dikasih uang satu juta rupiah oleh salah seorang petinju terkenal dari Indonesia saat ia datang ke Gua Maria.

Keteguhan Sutrisno pada agamanya juga tampak saat ia diuji Allah dari keluarganya sendiri. Kakak keduanya masuk Kristen karena menikah dengan seorang penginjil dari Maluku Utara. Setelah itu menyusul masuk Kristen ibu kandungnya, kakaknya yang satu lagi serta keempat adiknya. Hanya ia yang tidak tergoda. Sang ayah sendiri telah meninggal dunia sejak ia masih kecil.

Keputusan Sutrisno untuk tetap pada Islam tentu saja mendapat perlawanan dari keluarganya. Kepada saudara-saudaranya, ia pun hanya bilang, “Silahkan kalian masuk Kristen, saya sih tetap pada agama Islam.” Meski sedikit renggang, hubungan Sutrisno dengan saudara-saudaranya itu tetap baik. Adik bungsunya lalu masuk Islam lagi setelah bercerai dengan istrinya yang beragama Kristen.

Sutrisno yang sederhana ini lalu menuturkan kenapa ia begitu yakin pada agama Islam, padahal saudara-saudaranya sendiri masuk Kristen dan ia sendiri bekerja di sebuah tempat wisata dan ibadah umat Khatolik. Menurutnya, semua agama ini pada dasarnya adalah Islam. Agama yang dibawa oleh Nabi Adam, Musa, Isa dan Muhammad sebenarnya Islam. Hanya saja, agama lalu ditafsirkan secara salah oleh-oleh orang-orang setelahnya.

Penjelasan Sutrisno yang demikian itu sebenarnya tidaklah terlalu istimewa. Tapi karena kalimat itu keluar dari bibir seorang tukang kebersihan, hal itu menjadi sesuatu yang sangat luar biasa. Ia juga pandai menjelaskan tentang kisah-kisah Walisongo, yang membuat saya berdecak kagum tiada henti. Meski seorang tukang kebersihan tapi banyak mengerti tentang agama. Pantas jika ia berhasil mengislamkan banyak orang. Inilah dakwah Islam yang sesungguhnya. Tidak banyak bicara, tapi pakai aksi langsung.

Pada tahun 1996 Sutrisno tidak lagi bekerja rangkap. Ia diberikan alternatif oleh pimpinan Gua Maria untuk memilih pekerjaan antara satpam, tukang kebersihan, penerima tamu dan sebagainya. Ia pun memilih bekerja sebagai tukang kebersihan. Alasannya, agar ia bisa mengatur waktunya antara beribadah dan bekerja. Kini, di Gua Maria sudah bertambah banyak karyawan sekitar 49 orang dari awalnya satu orang yaitu Sutrisno sendiri. Yang menemani Sutrisno sebagai tukang kebersihan pun menjadi empat orang. Meski begitu, Sutrisno mendapat kepercayaan untuk memegang kunci Gua Maria alias ia adalah kuncennya Gua Maria.

Di kalangan umat Khatolik di Ambarawa, Jateng, nama Sutrisno sudah tidak asing lagi. Keteladanan beliau dalam beribadah meski di tengah-tengah mayoritas umat Khatolik di tempat kerjanya, dijadikan teladan oleh para pimpinan umat Khatolik di sana. Kerapkali para pimpinan itu berkata pada jamaahnya, “Contohlah Bapak Sutrisno. Meski bekerja di tempat mayoritas beragama Khatolik, ia tetap tekun menjalankan agamanya. Kita harus bisa meneladaninya.”

Keteladanan Sutrisno yang demikian itu, membuat banyak media massa baik lokal maupun nasional memuat kisahnya. Bahkan, beberapa kali televisi swasta nasional memuat kisahnya dalam rubrik inspirasi. Kini, setelah hampir 30 tahun bekerja di Gua Maria, gajinya pun tidak lagi Rp. 10.000,- sebulan tapi berubah menjadi Rp. 702.000,-. “Lumayan bisa buat makan dan pendidikan anak-anak,” ujar Sutrisno berkelakar.

Demikian kisah tentang seorang penjaga kebersihan yang tetap teguh pada agamanya meski bekerja di sebuah tempat mayoritas beragama Khatolik. Yang lebih mengagumkan lagi, ia telah mengislamkan sebanyak 6 orang, salah satunya kelak menjadi seorang jenderal berbintang dua. Semoga kita bisa belajar darinya! Amien. (Eep Khunaefi/dimuat Hidayah edisi 83/Juli/2008)

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Assalamualaikum... Saya mempunyai seorang pacar yg mau masuk islam, tp skrg tiba2 dia berubah dan katanya tdk bs meninggalkan keyakinannya lg. Padahal dahulu sudah hampir 100% keinginannya untuk ikut saya (islam). Saya mohon bantuannya memberi penyejuk hatinya langsung ke no hp nya melalui sms di 08127665166 (risma). Saya sangat mencintainya. Terima kasih atas segala bantuannya.

Eep Khunaefi mengatakan...

Sorry Mbak ya,baru saya bales karena blog ini awalnya hendak saya nonaktifkan dan bikin blog baru.Tapi,blog baru tidk jalan dan saya aktifkan lagi blog ini.

Sebaiknya,Mbak minta saran pada Yayasan Arimatea saja, yg memang bertugas mengajak orang masuk Islam dan meyakinkan orang yang hendak masuk Islam.Insya Allah,ia bisa mengatasi problem Mbak itu.

Semoga baik-baik saja ya!