Minggu, November 30, 2008

IDEALISME ALVINO (Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Anggun edisi Januari 2009)

Mungkin Anda tahu sinetron Yasmin yang ditayangkan di RCTI setiap hari (striping) pada jam 21.30 WIB. Di situ Anda pasti akan kenal sosok pemeran utamanya yang bernama Alvino yang diperankan Richard Kevin. Dipasangkan dengan Yasmin yang diperankan Nabila Syakieb, Richard Kevin cukup apik memerankan sosok Alvino yang banyak disenangi oleh kaum hawa karena kegantengannya.

Tidak itu saja, Alvino juga digambarkan sebagai sosok yang lembut hatinya, halus tutur katanya, baik perbuatannya, dan taat pada kedua orang tua dan mertuanya. Meski berkali-kali ia disakiti oleh ibu kandung, mertua, dan saudara tiri laki-lakinya, ia tetap memaafkannya. Puncaknya, ketika perusahaan dan rumahnya dikuasai oleh adik tirinya dengan cara batil, juga ia tetap memaafkannya di kemudian hari.

Alvino adalah sosok yang ideal sebagai seorang menantu: ganteng, kaya raya, baik hati dan taat pada mertuanya. Saat masih jaya dan punya rumah mewah, ia mau menerima mertuanya tinggal seatap dengannya, meski sebelumnya ia kerapkali disakiti oleh perempuan yang gila harta tersebut. Dalam diri Alvino sepertinya tidak ada kata balas dendam. Ia menerima apa adanya segala perlakuan yang dilakukan orang terhadap dirinya.

Keadaan tersebut sangat kontras dengan posisinya sebagai seorang direktur sebuah perusahaan garmen terbesar di Asia. Seorang direktur tidak mungkin tak memiliki jiwa yang tegas. Tapi, Alvino tidak memilikinya. Ia terlalu halus dan lembut sebagai seorang pemimpin sebuah perusahaan. Inilah salah satu kelemahannya, yang menjadikannya kemudian kehilangan perusahaan dan aset-aset berharganya karena begitu mudah ditipu oleh saudara tirinya.

Dalam banyak hal, idealisme Alvino di atas patut ditiru oleh lelaki manapun. Ia bisa menjadi seorang menantu yang baik bagi para mertua. Tetapi, ia mudah ditipu daya oleh orang karena sosoknya yang terlalu baik. Sehingga orang mudah memanfaatkannya. Ibarat kata, Alvino kurang cerdik sebagai seorang manusia. Begitulah, manusia tidak ada yang sempurna!

Sisi Negatif
Usai tidak memiliki perusahaan dan rumah lagi karena dikuasai oleh adik iparnya, Alvino dan Yasmin pergi ke mana saja mengikuti langkah kaki, hingga ia kemudian mendapatkan sebuah kontrakan. Tapi, tak lama kemudian ia keluar dari kontrakan itu karena sang pemilik hendak menjualnya.

Mereka berdua pun keluar lagi hingga kemudian kembali lagi ke rumah orang tua tiri Yasmin, Ibu Helena. Setelah perusahaan dan rumah Alvino berada di tangan saudara tirinya, tidak lama kemudian diambil alih oleh orang lain. Sejak itu, mertua Alvino pun kembali lagi ke rumahnya sendiri yang sederhana bersama Alex. Di sinilah, Alvino kembali dimanfaatkan oleh ibu tirinya. Ia boleh tinggal di rumah itu asalkan hidup sehari-harinya ditanggung olehnya. Setiap hari, Alvino keluar dari rumah untuk mendapatkan pekerjaan. Tetapi, yang dicari tak didapatkannya.

Di sisi lain, Yasmin tidak tega melihat suaminya tak pernah mendapatkan pekerjaan. Pada saat yang sama, ia mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan yang dipimpin oleh lelaki yang selama ini mengejarnya yaitu Doni. Yasmin dijebak, hingga ia mau bekerja di tempatnya Doni.
Tetapi, persoalannya bukan di situ. Mestinya, setelah dipastikan Yasmin mendapatkan pekerjaan, Alvino segera memboyong istrinya keluar dari rumah mertuanya daripada mereka selalu menahan derita batin. Toh, pangkal persoalannya adalah penghasilan. Ketika Yasmin sudah mendapatkan penghasilan, mereka bisa menyewa kost atau kontrakan sebagai tempat tinggalnya, bukan numpang di rumah mertuanya yang terus menyakitinya.

Di sinilah saya melihat kelemahan atau sisi negatif dari idealisme Alvino sebagai seorang menantu. Ia terlalu baik sebagai sosok manusia sehingga mudah dimanfaatkan orang. Padahal, kalau ia bersikap tegas untuk keluar dari rumah itu, toh yang akan menerima deritanya adalah mertuanya sendiri. Sebab, ia sendiri adalah perempuan tak berpenghasilan.

Jadi, sebagai seorang menantu itu ada kalanya taat pada mertua, tapi juga ada kalanya bisa bersikap tegas. Terhadap mertua yang materialistis, tidak tahu diri dan sok paling benar, mestinya bisa kita luruskan. Dalam kasus seperti ini, kita tidak selalu bisa memerankan sosok Alvino dalam rumah tangga. Kita juga memiliki harga diri. Kesabaran ada batasnya.

Terhadap mertua bertipikal seperti itu, mestinya kita bertindak tegas, misalnya, “Bu, jika Ibu selalu menganggap saya salah di mata Ibu, sebaiknya kami pergi. Toh, kami sudah bisa mencari uang sendiri untuk menyewa kost!” Dengan kondisi mertua yang tak berpenghasilan, hanya mengandalkan rumah, saya pikir mertua manapun akan ketar-ketir bila ditantang oleh menantunya seperti ini. Menantu yang bersikap tegas seperti ini bukan untuk menantang mertuanya. Tapi, ia ingin meluruskan cara berpikir mertuanya yang sudah kelewatan. Tidak selamanya menantu itu bisa dipermainkan.

Sisi Positif
Sisi positif tipikal seorang Alvino adalah mampu menyadarkan orang tanpa didakwahkan terlebih dahulu. Hal ini terjadi pada ibu kandungnya sendiri. Sejak kecil Alvino ditinggal ibu kandungnya untuk kawin lagi dengan orang lain. Setelah Alvino tumbuh besar dan menjadi orang kaya, ibunya datang lagi kepadanya dan berharap ia mau menerimanya. Karena Alvino orangnya mulia, ia pun masih mau menerima ibu kandungnya. Dalam sinetron itu belum digambarkan, bapak kandung Alvino masih hidup atau mati.

Tetapi, setelah dirinya diterima lagi oleh Alvino, ibu kandungnya tetap punya niat jahat. Bersama anak yang satunya lagi (Alex atau adik tiri Alvino), ibu kandung Alvino berusaha menguasai harta Alvino seluruhnya. Akhirnya, niat itu kesampaian. Tetapi, tidak adanya perlawanan dari Alvino membuat ibu kandungnya kemudian merasa bersalah di kemudian hari. Apalagi, saat meninggalkan rumahnya, Alvino dalam keadaan sakit.

Ibu Alvino pun memutuskan diri untuk keluar dari rumah itu dan pergi mencari Alvino untuk menebus kesalahannya. Pada tingkatan yang lebih ekstrim, ia merasa bersalah atas segala dosa yang telah dilakukannya selama ini. Ia mulai menyadari bahwa dirinya adalah seorang ibu yang jahat dan materialistis. Singkatnya, ia telah betaubat.

Di sinilah idealisme Alvino mampu menaklukkan hati ibu kandungnya yang juga jahat dan materialistis. Saya pikir inilah salah satu sisi positif yang paling kuat dari idealisme Alvino selama ini. Selebihnya, idealisme Alvino hanya membuat dirinya hidup sengsara, batinnya tersiksa dan menjadi bulan-bulanan orang lain.

Dalam sinetron Yasmin, idealisme Alvino memang tidak memberikan dampak positif yang banyak pada dirinya –setidaknya hingga episode sekarang. Tetapi, dalam kehidupan yang nyata, saya pikir idealisme Alvino tersebut banyak sisi positifnya. Salah satunya adalah “melawan kekerasan dengan kelembutan”. Alvino adalah seorang yang lemah lembut dan baik hatinya. Terhadap mertuanya yang selalu menjahatinya, pun ia masih bisa berkata lembut dan bersikap halus. Meski, dalam sinetron itu, sikap Alvino yang demikian itu selalu menjadi bulan-bulanan mertuanya. Tetapi, saya pikir dalam kehidupan nyata sangat baik dipraktekkan. Menghadapi mertua yang sedang marah, mestinya kita harus bersikap seperti Alvino yaitu tetap bertutur kata lembut dan bersikap halus. Meski bagaimana pun kekerasan itu tidak selamanya dibalas dengan kekerasan pula, apalagi bila kita berhadapan dengan mertua. Ia adalah orang tua istri/suami kita. Sepantasnya kita lebih banyak mengalah untuk meraih kemenangan di depan. Jika mertua kita dewasa, sikap lembut kita ketika ia sedang marah, akan membuatnya sadar di suatu waktu.

Kasih Deadline
Pertanyaannya: Apakah sikap kita yang tetap lembut pada mertua yang kasar itu tidak dianggap sebagai sikap pasrah? Tentu saja tidak, asalkan kita tetap punya deadline (batasan). Artinya: kita tetap lembut pada mertua yang sedang marah atau kasar, tetapi kita tetap memberikan tenggang waktu kepadanya dengan cara-cara yang tetap elegan. Misalnya, katakan dengan lembut pada mertua, “Pak/Bu, jika bapak/ibu masih tetap tidak menghargai saya sebagai menantu, mungkin sebaiknya saya pergi dari rumah ini segera. Mungkin ini jalan terbaik bagi kita semua.” Ini adalah jalan yang lebih bijak daripada kita menentang mertua dengan kata-kata kasar. Kata-kata segera di sini memberikan deadline untuk bertindak lebih elegan.

Jika pada saatnya, mertua kita masih tetap tidak menghargai kita, maka tidak ada jalan lain selain kita harus pergi dari rumah itu. Kita sudah berkata lembut pada mertua. Kita juga sudah memberikan deadline pada mereka. Kalau pada akhirnya mereka tetap tidak menghargai kita, maka tidak ada jalan lain selain kita harus keluar dari rumah itu. Tindakan seperti ini tidak salah.

Pertama, kita masih tetap berkata lembut dan bijak pada mertua, meski di mata mereka kita tetap salah.

Kedua, kita sudah memberikan pilihan pada mertua untuk menentukan yang terbaik. Jika mereka masih menghardik kita, meski kita tetap berbuat baik, itu berarti mereka telah menjatuhkan pilihannya untuk berpisah dengan kita. Jadi, keputusan kita untuk keluar dari rumah itu adalah sesuatu yang benar.

Kesalahan Alvino adalah karena ia tidak menaati deadline ini. Ketika dipastikan Yasmin telah mendapatkan pekerjaan dan Alvino sendiri sekali-kali dapat kerja serabutan, saya pikir langkah terbaik mereka adalah keluar dari rumah mertuanya. Sebab, mertuanya benar-benar tidak tahu diri. Lebih baik uang yang diperuntukkan buat mertuanya yang tak tahu diri itu digunakan untuk menyewa kost atau kontrakan di luar. Manfaatnya banyak: selain Alvino dan Yasmin bisa hidup mandiri dan tidak terganggu rumah tangganya oleh mertua. Juga untuk memberikan pelajaran kepada sang mertua bahwa ketika ia ditinggal oleh menantu dan anaknya, ia bukanlah siapa-siapa. Sebab, ia tidak berpenghasilan.

Jadi, saya pikir, idealisme Alvino di atas ada sisi positif dan negatifnya saat diterapkan dalam kehidupan rumah tangga kita sehari-hari. Kita harus menyikapinya dengan bijak. Kita memang harus dituntut berkata lembut dan bersikap halus pada mertua. Tetapi kita juga harus tegas dan punya prinsip ketika mertua menginjak-injak harga diri kita –ini yang tidak dimiliki oleh Alvino. Semoga kita bisa belajar dari idealisme Alvino seperti ini! Amien. (Eep Khunaefi/foto:www.frontside180.com)

6 komentar:

Anonim mengatakan...

Ini kisah beneran atau sinetron sih ep. Sori gw bukan penggemar sinetron nih... Tp closingnya ok jg, hehehe... Btw, link blog lo udah gw add di blog gw. Good job n keep writing, friend!

Anonim mengatakan...

Mas tulisannya bagus. Aku suka.

Anonim mengatakan...

penulis ceritanya nih punya hayalan tingkat tinggi,alvino bak malaikat ,manusia yg sepurna ganteng ,baik,kaya,setia.di borong semuanya,luv

Anonim mengatakan...

aku pikir, di dunia ini orang yang bisa menyamai alvino adalah kamu! Si ganteng eep, asli indramayu

Eep Khunaefi mengatakan...

Eh, jangan salah, yang Alvino justru kamu: Penulis hebat, unik, gokil, wah semuanya deh. Cepat cari Yasmin-nya......!

Eep Khunaefi mengatakan...

Untuk Mas Iskandar, itu kisah sinetron Mas. Ente jarang nonton sinetron karena sibuk sih ngurusin kompasiana. Btw, thanks atas pujian closing tulisan saya itu. Oya, makasih karena blog saya telah kamu perkenalkan di blog kamu. Semoga MAs Iskandar sukses selalu! Amien.

Untuk MAs Anonim, makasih ya atas segala pujiannya. Saya jadi semakin bersemangat nih untuk menulis. Semoga Anda semakin sukses ya!