Kamis, Januari 22, 2009

KAPAN SAATNYA AKU BERTAUBAT?


Malam ini aku gak bisa tidur. Entahlah, sudah tiga hari ini aku susah tidur. Aku takut ini adalah awal kebiasaan burukku saat kuliah muncul kembali yaitu begadang. Sebab, gara-gara inilah aku sempat jatuh terpuruk yang berkepanjangan.

Jam telah menunjukkan pukul 01.00 WIB. Saat-saat seperti ini aku biasanya memang belum ngantuk. Tapi, kali ini mataku sebenarnya sudah sepet. Bahkan, beberapa menit yang lalu aku sempat terkantuk saat menonton televisi. Kemudian terjaga karena ada bunyi sms dari seorang sahabat di Cirebon. Kini, aku sulit lagi untuk memejamkan mataku. Ada sederet persoalan mengganggu pikiran.

Beberapa minggu ini aku terlihat kurang menjaga kesehatan tubuhku. Sejak kumemiliki internet 3.5G Indosat, aku seperti termanjakan oleh gaya hidup metropolis. Aku selalu searching setiap saat, tak mengenal waktu. Pagi-pagi saat terjaga dari tidur, langsung buka laptop dan mengaktifkan internetku. Pulang dari kantor begitu juga hingga larut malam. Itulah yang mengganggu pikiranku. Badanku mulai kurasakan pegal dan linu. Tapi, tetap saja kupaksakan untuk bekerja dan bermain-main dengan internet serta game. Ah, setan memang bisa saja menggoda anak manusia.

Kalau begitu, kapan saatnya untuk istirahat? Kapan saatnya aku menyisakan sebagian waktuku untuk khusuk beribadah kepada Allah. Nyaris seluruh waktuku kugunakan untuk hal yang sia-sia –meski tak sepenuhnya.

Aku ingin seperti masa-masa MTsN kelas tiga hingga Aliyah kelas satu, yang selalu menjaga wudhu kuulangi lagi. Aku ingin pada masa-masa itu, kedua bola mataku selalu menatap ke bawah saat berpandangan dengan seorang wanita datang lagi. Aku ingin beberapa tahun yang lalu yang sempat membiasakan zikir surat al-Ikhlas 1000x, basmalah 1000x dan bacaan salaamun qaulan mirrabbihim 1000x setiap hari kutradisikan lagi.

Tapi, aku tak bisa. Aku juga tidak mengerti. Apakah karena aku sehat sekarang? Sehingga tak butuh terapi spiritual lagi. Ah, betapa arogansinya aku kepada Allah. Ketika sakit baru ingat kepada-Nya. Tapi, saat sembuh, semuanya berlalu begitu saja. Maafkan aku ya Allah! Kapan saatnya hamba-Mu ini benar-benar takarub kepada-Mu dengan sepenuh hati dan jiwa?

Padahal, aku ingin masuk surga. Aku ingin mendapat ridha-Mu di akherat nanti. Tapi, kenapa jalan-jalan menuju ke arah sana tak pernah kulakukan dengan sungguh-sungguh. Ya Allah, seandainya aku selalu diberi rasa sakit oleh-Mu, tentu aku akan selalu bertaubat. Tapi, jelas, aku tidak menginginkannya. Aku ingin tetap sehat dan bisa berzikir kepada-Mu dengan sepenuh hati dan jiwa.

Aku tidak boleh menyalahkan orang-orang sekitar atas semuanya ini. Aku tidak mau menyalahkan orang-orang di kantor atas semuanya ini. Semuanya persis kesalahanku sendiri. Aku arogan pada Allah. Aku tidak amanah pada diriku sendiri. Padahal Allah menciptakan mata semestinya dapat dijaga untuk tidak melihat hal-hal yang dilarang oleh-Nya. Aku diberikan tangan, kaki, dan seluruh badan ini oleh Allah untuk dijaga dengan baik dan difungsikan sebagaimana mestinya. Tapi, aku menyia-nyiakannya selalu. Kalau begini terus, kapan saatnya aku bertaubat? Khunaefi/foto: werkudoroireng.files.wordpress.com

Cibubur, Kamis, 21 Januari 2009, jam 01.06 WIB

2 komentar:

Anonim mengatakan...

hiks....hiks......hiks.....jadi merasa.....
ya terkadang kita memang terlalu asyik dengan dunia sehingga lupa dengan-Nya.
tulisan ini menjadi pengingat buat diri saya juga pak....

Eep Khunaefi mengatakan...

Benar Lan.Saya setuju dengan kamu.